Nqp5MGN8Nap7LWVdNGV5NGRbyTUfATofA6YbyaV=
PIKIRANKU : "AKU MUAK"

PIKIRANKU : "AKU MUAK"

 


Oleh: Mbarep Ageng Nur Elyanto (Ketua PMII Cabang Kota Banjarmasin)

Aku muak. Muak melihat layar demi layar berita-berita yang hanya berisi gonjang-ganjing politik tanpa arah, gaduh tanpa substansi. Sistem pemerintahan yang katanya demokratis ini, kini seperti panggung sandiwara murahan yang diperankan oleh aktor-aktor haus kekuasaan. Satu per satu isu nasional mencuat dari kasus korupsi, regulasi yang timpang, sampai pelanggaran hak rakyat bahkan hingga persoalan ijazah saja makin melebar kemana-mana. Sosok yang sebagai pelayan harunya melayani malah seakan berbanding terbalik meminta untuk di layani. semuanya hanya jadi headline sesaat. Esoknya tenggelam, dilupakan, dan digantikan oleh isu remeh temeh lainnya.

Yang lebih menyakitkan adalah sunyinya suara masyarakat. Bukan karena tidak tahu, tapi karena makin dibungkam, makin ragu untuk bersuara. Organisasi-organisasi yang dulu menjadi tulang punggung kritik sosial kini berubah arah. Bukan lagi mitra kritis pemerintah, tapi mitra dekat, mitra nyaman. Segelintir orang dalam kepengurusan organisasi lebih sibuk membangun akses ke kekuasaan ketimbang membangun keberpihakan pada rakyat. Mereka lebih memilih jabatan, proyek, atau foto bersama pejabat ketimbang mengkritisi kebijakan yang menyengsarakan masyarakat.

Hingga pada akhirnya yang tak terlibat dipaksakan untuk masuk dalam sistem yang jelas jalannya semakin lama semakin buyar tak bermakna. (Lingkaran Setan)

Kita tidak hanya kehilangan suara, tapi juga kehilangan arah. Dulu, organisasi masyarakat dan lembaga perwakilan seperti DPR berdiri atas nama rakyat, dengan semangat memperjuangkan aspirasi. Kini, arah perjuangannya berubah tidak lagi ke bawah, tapi ke atas. Kepengurusan dijadikan batu loncatan, bukan perjuangan. Siapa yang paling dekat dengan kekuasaan, dialah yang dianggap paling sukses. Bukan karena program kerja yang berdampak, tapi karena kedekatan politik dan pencitraan di media sosial.

Ketika kritik pun harus disesuaikan dengan kepentingan pribadi atau kelompok, lalu untuk apa lagi kita berbicara tentang keadilan? Ketika suara-suara sumbang dipelintir menjadi suara benci, siapa yang masih berani menyuarakan kebenaran?

Aku muak. Karena negeri ini tidak kekurangan masalah, tapi kekurangan nyali untuk menghadapinya. Tidak kekurangan penderitaan rakyat, tapi kekurangan keberanian untuk menyuarakan deritanya. Dan jika semua hanya berpura-pura, atas nama stabilitas dan harmonisasi semu, maka jangan heran jika satu-satunya yang tumbuh subur adalah keputusasaan.

Tapi sampai kapan kita diam?

Komentar

APA KATA MEREKA TENTANG PMII

Berikut ungkapan tentang PMII dimata mereka.

Testimoni
Jenderal TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto
Presiden Republik Indonesia 2024-2029

Di saat kritis, dalam kehidupan bangsa PMII sebagai bagian dari keluarga besar NU, tampil dan berkali-kali menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Mereka adalah tokoh-tokoh yang banyak jasanya kepada negara dan bangsa.

Testimoni
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Menteri Agama Republik Indonesia 2024-2029

Kader PMII memiliki peran strategis dalam mengatasi persoalan kebangsaan. Banyak kader dari PMII yang kini menempati posisi strategis dalam kepemimpinan nasional. PMII harus terus konsisten menebarkan toleransi dan kesejukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam. PMII harus menjadi garda terdepan dalam mengamalkan dan menyebarkan Islam Ahlussunah Waljamaah.

Testimoni
Abdul Hadi
Bupati Balangan 2019-2029

Organisasi mahasiswa banyak memberikan pelajaran dan pengalaman terhadap dirinya. Misalnya, gaya berkomunikasi dan berorganisasi dengan baik. Sebab itu, saya berharap kader-kader PMII Kalsel sekarang bisa belajar dan menerapkannya di kehidupan bermasyarakat.

Testimoni
Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA
Rektor UIN Antasari Banjarmasin

PMII berdiri diatas tiga pilar, yaitu zikir, pikir dan amal saleh. Tiga pilar ini pada hakikatnya adalah gerakan hidup seorang muslim. Dengan ibadah, dia ingat Allah. Dengan berpikir, dia mendapatkan dan mengembangkan ilmu. Dengan amal saleh, dia mengisi hidupnya menjadi penuh makna.

Testimoni
KH. Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

PMII sudah punya ekosistem sendiri. Mulai dari jaringan nasional, organisasinya, sampai kepada alumni-alumni ini. Tidak mungkin saya membentuk organisasi baru untuk mahasiswa NU, sudah tidak ada waktu dan tidak ada momentum. Memang harus PMII.

Testimoni
Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Jawa Timur 2019-2029

Saya merasa bahwa ini tempat menggodok dan mengasah bagi saya, leadership itu terasah dengan dinamika yang luar biasa, karena saya Ketua cabang PMII pertama di Indonesia.

Testimoni
Arumi Bachsin
Model dan Aktor Indonesia

PMII punya satu tempat khusus di hati saya. Lebih dari sekadar organisasi, PMII adalah rumah kedua saya. Di sinilah saya belajar tentang arti kepemimpinan, solidaritas, dan perjuangan.

Hubungi kami melalui WhatsApp